Tel Aviv, Sijunjungpost — Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikabarkan tengah menggodok rencana kontroversial untuk melakukan pendudukan penuh di Jalur Gaza. Rencana tersebut menuai pro dan kontra, termasuk penolakan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan perpecahan di internal kabinet.
Dikutip dari The Times of Israel, Selasa (5/8), sejumlah menteri menyebut Netanyahu telah memaparkan visinya untuk memperluas operasi militer di Gaza dengan istilah “pendudukan Jalur Gaza.” Seorang pejabat senior yang dekat dengan Netanyahu bahkan menyatakan bahwa keputusan tersebut telah final.

Langkah ini dinilai sebagai perubahan signifikan dalam strategi militer Israel, di tengah perdebatan mengenai arah kampanye militer di wilayah itu.
Penolakan dari IDF dan Ketegangan Internal
Rencana Netanyahu tak mendapat sambutan bulat. Kepala Staf IDF, Letjen Herzi Halevi, dilaporkan menentang rencana pendudukan penuh. Bahkan menurut sumber internal, Halevi diminta mundur jika tak mendukung kebijakan tersebut.
Militer khawatir pendudukan penuh akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menghancurkan infrastruktur Hamas serta membahayakan para sandera yang masih ditahan.
Selain IDF, sejumlah menteri kabinet juga menunjukkan sikap berbeda. Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan dukungan terhadap rencana tersebut.
Namun, Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar dan Kepala Badan Intelijen Mossad, David Barnea, cenderung mendorong upaya diplomatik berupa gencatan senjata dan pembebasan sandera melalui negosiasi.
Nasib Warga Sipil Gaza Masih Tak Pasti
Hingga kini, belum jelas bagaimana nasib jutaan warga sipil Palestina jika pendudukan penuh benar-benar dijalankan. Rencana tersebut disebut-sebut akan mencakup wilayah-wilayah Gaza yang belum terjamah militer Israel, termasuk lokasi potensial tempat para sandera ditawan. (SP-01)